Selasa, 26 Agustus 2008

Radang Usus Buntu: Bisa Menyerang Setiap Saat

Usus buntu, persis seperti namanya, benar-benar saluran usus yang ujungnya buntu. Dalam istilah anatomi disebut sebagai vermiform appendix atau umbai cacing. Usus yang besarnya hanya sejari kelingking ini terletak di perut kanan bawah. Dinding bagian dalam usus buntu memiliki banyak kelenjar yang menghasilkan mucus atau lendir. Dalam kondisi normal lendir tersebut akan mengalir keluar masuk dari usus buntu ke bagian ujung usus besar atau cecum.

Usus buntu sangat mungkin mengalami penyumbatan karena hanya memiliki satu ujung terbuka. Jika tersumbat, bakteri yang ada di dalam usus buntu akan “menyerang” dinding usus buntu. Akibatnya terjadi peradangan yang ditandai dengan demam dan rasa sakit di bagian perut kanan bawah.

Mengingat resikonya yang begitu tinggi, mungkin terbersit beberapa pertanyaan. Semisal apakah semua kasus radang usus buntu harus diatasi dengan operasi? Mungkin pulakah kita melakukan pencegahan agar tidak mengalami radang usus buntu? Apa pula resikonya jika tak segera ditangani?

Fakta bahwa usus buntu hanyalah sebuah saluran yang buntu, seringkali membuat usus buntu dianggap tidak memiliki fungsi khusus. Padahal kenyataannya tidak demikian. Dalam perbincangan dr. Budi Sardjana, ahli bedah umum RS. Pelni Petamburan terungkap bahwa usus buntu memiliki fungsi penting dalam sistem kekebalan tubuh. Di sekitar usus buntu terdapat kelenjar limpa yang berfungsi menghasilkan antibodi. Jaringan ini juga berfungsi untuk “menangkap” kuman apabila terjadi infeksi di perut.

Radang usus buntu diawali dengan tersumbatnya saluran usus buntu oleh berbagai sebab. Salah satunya adalah penumpukan lendir kental yang dihasilkan dinding usus buntu bagian dalam. Saluran usus buntu mungkin pula terblokir oleh sisa kotoran yang mengeras atau fecalith. Pembengkakan jaringan limpa di dalam usus buntu merupakan penyebab lainnya. Jaringan limpa biasanya membengkak karena “menangkap” kuman-kuman berbahaya seperti kuman TBC. Cacing jenis Ascaris Lumbricus atau Cacing Tambang bisa pula menyumbat usus buntu. Masih ada sejumlah penyebab penyumbatan lain seperti biji-bijian yang tidak dapat dicerna, misalnya biji cabe, biji jambu biji dan jagung.

Penyumbatan saluran secara otomatis mengakibatkan penumpukan lendir di dalam usus buntu. Bakteri yang ada di dalamnya mulai menyerang sehingga terjadi infeksi. Usus buntu yang terblokir akan semakin menggelembung. dindingnya menipis dan rapuh sehingga setiap saat bisa pecah.

Usus buntu bisa menyerang siapa saja tanpa bisa dicegah. Gejala awal yang dirasakan adalah rasa sakit perut di sekitar pusar. Rasa nyeri hebat di perut kanan bawah baru dirasakan penderita setelah peradangannya semakin bertambah serius. Titik pusat rasa sakit yang letaknya di jarak 1/3 bagian dari tulang panggul ke arah pusar ini disebut dengan Titik McBurney.

Pasien yang mengidap radang usus buntu akut akan mengalami rasa sakit di perut kanan bawah secara tiba-tiba. Hal serupa ini tidak terjadi pada penderita radang usus buntu kronis atau menahun. Sakit yang dirasakan relatif tidak terlalu hebat, tetapi muncul gejala lain seperti mual, muntah-muntah dan tidak bernafsu makan.

Rasa sakit di perut kanan bawah secara terus menerus selama 6 jam merupakan gejala radang usus buntu yang paling sering muncul. Pada tahap pemeriksaan awal, dokter akan melakukan palpasi yakni perabaan di perut kanan bawah. Bagian ini terasa sakit saat ditekan. Serangkaian pemeriksaan lain perlu dilakukan untuk memastikan diagnosa misalnya pemeriksaan jumlah leukosit (sel darah putih). Jumlah leukosit dalam darah meningkat tajam jika terjadi infeksi. Pemeriksaan dengan alat USG, kini juga banyak dilakukan untuk mempermudah dokter dalam mendiagnosa.

“Tidak ada jalan lain kecuali operasi!” tegas dr. Budi. Jika didiamkan usus buntu yang mengalami peradangan akan mengalami perforasi atau pecah. Pecahnya usus buntu bisa mengarah ke kondisi yang lebih serius seperti periappendiceal abscess. Usus buntu yang mengalami peradangan sudah hancur dan berubah menjadi bisul atau abses. Komplikasi lainnya adalah infeksi dinding bagian dalam perut dan panggul yang dikenal dengan istilah peritonitis. Komplikasiyang paling ditakuti dari pecahnya usus buntu adalah kondisi sepsis. Dalam kondisi ini bakteri penginfeksi masuk ke dalam darah dan beredar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Penanganan yang kurang cepat dan tepat akan mengakibatkan resiko infeksi lebih parah dan dapat berujung pada kematian.

Tidak selamanya usus buntu yang terinfeksi akan pecah jika tak segera dioperasi. Ada beberapa kasus dimana pasien mengalami kebocoran kecil pada usus buntunya. Sesuai dengan mekanisme pertahanan tubuh, usus buntu yang bocor mencari cara untuk menambal kebocoran. Biasanya usus buntu akan menempelkan diri ke bagian usus lain. Jika masih terjadi kebocoran, lemak perut, ataupun usus besar akan ikut menambal usus buntu yang bocor.

Proses tersebut di atas disebut dengan istilah perlengketan usus atau walling off . Kondisi serupa ini justru dialami oleh pasien yang sistem pertahanan tubuhnya baik. Perlengketan usus buntu ke organ lain di dekatnya akan mempersulit operasi. Ada pasien yang perlengketannya mencapai ukuran 20 cm atau sekitar satu jengkal. “Biasanya pasien akan diberi antibiotik dan diinfus dengan harapan proses walling off nya akan berhenti.”

Appendictomy atau operasi pengangkatan usus buntu adalah tindakan yang umumnya dilakukan pada pengidap radang usus buntu. Pasien diberi antibiotik sebelum dan setelah dilakukan operasi. Sebuah sayatan sepanjang 2-3 inci dibuat di daerah perut kanan bawah. Jika dokter telah memastikan tidak ada komplikasi lain, jaringan usus buntu bisa segera diangkat.

Dokter akan melakukan proses pembersihan nanah dan kotoran pada usus buntu sudah menjadi bisul atau abses. Tujuannya agar kuman tidak menyebar. Jaringan usus buntu yang sudah menjadi abses biasanya sudah hancur, sehingga tidak perlu dioperasi. Bila jaringan usus buntunya masih ada, operasi dapat dilakukan beberapa bulan kemudian setelah bisulnya sembuh.

Pasien yang usus buntunya tidak pecah biasanya hanya perlu dirawat selama dua sampai tiga hari di rumah sakit. Pasien dengan kasus pecah usus buntu harus tinggal lebih lama, kurang lebih satu minggu.

Sumber : Radang Usus Buntu: Bisa Menyerang Setiap Saat oleh P. Bernardus

Related Posts by Categories



1 komentar:

infogue mengatakan...

artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
Artikel penyakit terhangat
Artikel anda di infogue

anda bisa promosikan artikel anda di http://www.infogue.com/ yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!